HERMAN, DEGEI (2020) PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP MAHASISWA PAPUA DI YOGYAKARTA PASCA INSIDEN RASISME DI SURABAYA, JAWA TIMUR. [Experiment]
Text
HERMAN DEGEI_16530001.pdf Download (1MB) |
Abstract
Sebagai salah satu kota studi di Indonesia, Yogyakarta menjadi kota yang pada setiap tahunnya dipilih oleh anak-anak Papua yang hendak melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi dengan berbagai alasan. Menurut data dari Dikti DIY pada tahun 2015, terdapat 13.119 mahasiswa Papua yang berada di Yogyakarta. Sementara menurut data terbaru Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (IPMAPA) DIY per Juli 2019, jumlah mahasiswa Papua di Yogyakarta kini sudah mencapai sekitar 15 ribu lebih. Meski demikian, ada satu persoalan kronis yang masih dihadapi mahasiswa Papua di Yogyakarta, yaitu stereotip sekaligus dampaknya secara sosial. Adanya stereotip ini menyebabkan pola interaksi yang tidak harmonis antara mahasiswa Papua dan masyarakat. Selain itu, pada bulan Agustus 2019 lalu, terjadi kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Kasus yang hampir sama juga pernah terjadi di Yogyakarta pada Juli 2016. Alasan peneliti memilih judul skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Yogyakarta terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta pasca insiden rasisme di Surabaya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, yaitu satu jenis penelitian yang basis datanya bersifat kata-kata (teks). Peneliti memilih lima orang informan secara purposive. Data didapat melalui wawancara dan pengamatan di lapangan, lalu diorganisasikan, dipilah-pilah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dicari, dan memutuskan apa yang akan dipaparkan kepada pembaca. Terdapat enam indikator pertanyaan dalam penelitian ini. Setiap indikator memiliki lebih dari dua pertanyaan. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukan bahwa semua informan menyayangkan insiden rasisme di Surabaya. Mereka berharap, baik pelaku perusakan bendera, oknum masyarakat yang memprovokasi warga untuk mengepung asrama, dan pelaku ujaran rasis, diproses secara hukum yang berlaku di negara ini. Para informan juga menyayangkan kebiasaan sebagian mahasiswa Papua di Yogyakarta yang cenderung menutup diri dan tidak mau berbaur dengan warga sekitar. Para informan juga melihat kebiasaan mahasiswa Papua ini sebagai fenomena yang ada akar masalahnya. Akar masalahnya yaitu karena mahasiswa Papua lebih merasa nyaman, lebih merasa diterima hanya di kalangan kelompoknya saja, dan juga karena adanya stereotip buruk tentang mahasiswa Papua di kalangan masyarakat yang telah dan sedang menjadi pandangan umum. Hasil penelitian yang diuraikan di sini hanya bagian dari indikator pertama dan kedua. Masih terdapat uraian lengkap hasil penelitian untuk indikator ketiga, keempat, kelima, dan keenam dari karya tulis (skripsi) ini.
Item Type: | Experiment |
---|---|
Additional Information: | 16530001 |
Subjects: | H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races |
Divisions: | Program Pendidikan Sarjana > Ilmu Komunikasi |
Depositing User: | Users 12 not found. |
Date Deposited: | 16 Nov 2020 04:14 |
Last Modified: | 16 Nov 2020 04:14 |
URI: | http://repo.apmd.ac.id/id/eprint/1152 |
Actions (login required)
View Item |